CEMBURU adalah salah satu sifat alami manusia, dan perasaan tersebut akan timbul jika ada sesuatu pemicunya. Misalnya, seorang suami cemburu karena istrinya digoda oleh pria lain. Hal serupa pun pernah ada di zaman Rasulullah, sehingga turunnya ayat tentang hijab.
Dikutip dari buku Fiqih Cinta, karya Abdul Aziz Ahmad, Jumat (20/3/2020) Ada kebiasaan Arab pada masa Jahiliyah hingga diutusnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Kala itu wanitanya (red. istri Rasulullah) tidak berhijab (tertutup), karena mereka dan para istrinya dianggap mampu menjaga kesucian diri.
Hingga saat Umar bin Al-Khathtab R.A, bertanya kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
"Wahai Rasulullah, sebaiknya engkau menghijab (menutup) istri-istrimu, karena pria yang bertemu mereka ada yang salih ada yang durjana,". Lalu Allah SWT pun menurunkan ayat hijab (H.R Imam Bukhari dan Ahmad)
Di dalam buku lainnya yaitu Kisah Hidup Umar Ibn Khattab karya Dr. Musthafa Murad, Guru Besar Universitas Al-Azhar, Kairo menyebutkan, Umar saat itu menhatakan kepada Rasulullah dengan kalimat yang sama, bahwa ia menyarankan alagkah baiknya istri-istri Nabi Muhammad menggunakan hijab, atau penutup.
Lalu apakah benar dari pernyataan Umat bin Khatab tersebut kemudian turun ayat tentang hijab karena ada rasa cemburu?
Ketua Ikatan Sarjana Quran Hadist Indonesia, Ustadz Fauzan Amin mengatakan, turunnya ayat kewajiban berhijab tidak ada kaitannya dengan perasaan cemburu.
"Akan tetapi ayat itu turun murni karena anjuran Allah Ta’ala, demi kemaslahatan umat Islam," katanya saat dihubungi Okezone melalui pesan singkat belum lama ini.
Ayat yang dimaksud adalah terdapat dalam Surah Al Ahzab Ayat 59, Allah berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِىُّ قُل لِّأَزْوَٰجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَآءِ ٱلْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَٰبِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰٓ أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا
yā ayyuhan-nabiyyu qul li`azwājika wa banātika wa nisā`il-mu`minīna yudnīna 'alaihinna min jalābībihinn, żālika adnā ay yu'rafna fa lā yu`żaīn, wa kānallāhu gafụrar raḥīmā
Artinya: "Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,"
Lalu apa itu hijab?
Sementara itu, menurut salah seorang cendikiawan muslim, Muhammad Quraish Shihab. Dikutip dari video akun youtube Imam Puji Hartono diunggah pada 20 Oktober 2009, Quraish Shihab mengatakan, bahwa pengertian hijab atau jilbab memiliki makna yang berbeda-beda.
"Apa itu jilbab, ulama sudah beda pendapat. Ada yang bilang kerudung ada baju lebar dan sebagainya. Ada yang bilang belum menutup aurat karena belum memakai cadar, beda pendapat," kata pria yang akrab disapa Abi itu, dalam program di salah satu stasiun televisi nasional.
Lebih lanjut, kata dia, sebagian ulama memaknai, bahwa yang terpenting adalah mengenakan pakaian terhormat dan sopan. "Kalau ditanya bagaimana keluarga saya? Istri saya pakai jilbab, anak tertua saya pakai jilbab, atas kesadarannya bukan saya perintah," terangnya
Senada dengan Quraish Shihab, Kepala Lajnah Pantashihan Alquran Kementerian Agama Republik Indonesia, Kiai Muchlis M Hanafi menuturkan, bahwa pada prinsipnya hijab adalah pakaian yang menutup aurat.
"Jadi soal bentuk, Islam tidak menentukan bentuk jilbab tertentu. Islam hanya menetapkan batasan aurat yang harus ditutupi. Dan itu para ulama berbeda," pungkasnya.