Heboh Pohon Menangis di Jember



Dusun Krajan, Desa Mojosari Kecamatan Puger Kabupaten Jember, Jawa Timur, viral. Pemicunya ialah penemuan pohon menangis. Kabar pohon akasia bisa menangis itu menarik perhatian warga dan media sosial.

Warga berbondong-bondong datang mencari kebenaran informasi tersebut ke pekarangan milik warga bernama Mawardi.

“Awalnya keponakan saya, Aldi Fari yang berumur sekitar lebih dari tiga tahun bermain di belakang rumah,” tuturnya.

Lalu, anak tersebut berlari mendatangi ibunya dan bilang ada orang nangis. “Ibunya tanya, mana ada orang nangis, lalu ikut ke belakang,” tuturnya.

Sang ibu lalu mendekatkan telinganya ke pohon tersebut dan merasa mendengar ada suara seperti perempuan yang sedang menangis.

Mawardi juga penasaran dan melakukan pengecekan dengan mendekati pohon tersebut. Dia pun mengaku mendengar seperti suara tangisan perempuan remaja selama 30 detik.

Namun dia meragukan suara tersebut dan menduga karena gesekan pohon. Di luar dugaan, informasi itu cepat menyebar dari mulut ke mulut keluarga, tetangga hingga masyarakat lain.

Anak SD mendengar kabar tersebut lalu datang membawa temannya. “Anak TK juga datang membawa temannya hingga akhirnya warga berdatangan,” ungkap Mawardi.

Apalagi, lanjut dia, setelah informasi tersebar di Facebook, banyak warga yang penasaran. Sampai sekarang, warga masih berdatangan.

Sementara itu, Kapolsek Puger AKP Ribut Budiyono mengatakan, pohon menangis yang viral tersebut membuat resah sebagian kalangan.

Pemilik pohon juga mengaku tidak bisa melakukan aktivitasnya untuk berkebun di dekat pohon akasia itu.

“Kami khawatir ini dimanfaatkan oleh pihak ketiga untuk mencari keuntungan materi,” tuturnya.

Untuk itu, polisi melakukan koordinasi dengan pemilik pohon akasia supaya pohon tersebut dipotong, lalu meminta Pemdes Mojosari dan Muspika Puger memberikan pengertian kepada masyarakat terkait fenomena pohon menangis.

Kejadian tersebut diduga karena ada gesekan antara pelepa kelapa dan pohon akasia ketika tertiup angin. “Supaya masyarakat berpikir secara logis,” tegas AKP Ribut Budiyono.

Di sisi lain, lokasi pohon menangis terus didatangi warga. Keramaian itu dimanfaatkan sejumlah pedagang untuk berjualan. Mulai pedagang es, bakwan, rujak buah dan gula kapas menggelar dagangan. Mereka memanfaatkan momen viral tersebut.